tag:blogger.com,1999:blog-3643114002738219471.post6523234784850599147..comments2023-04-07T16:09:48.882+08:00Comments on SUKMA: "Ujian Nasional" Haruskah ????Hariyanti Sukmahttp://www.blogger.com/profile/06923347741279536406noreply@blogger.comBlogger4125tag:blogger.com,1999:blog-3643114002738219471.post-31536343201023202942010-04-03T14:15:02.769+08:002010-04-03T14:15:02.769+08:00iya ....mon , yang tau kualitas anak didik khan ki...iya ....mon , yang tau kualitas anak didik khan kita yang dilapangan. Mnegapa hanya pakai alat ukur LJK saja, ndak masuk akal. Terimakasih ya mon sudah baca dan sudah coment tulisan yanti. jangan bosan ya!Hariyanti Sukmahttps://www.blogger.com/profile/06923347741279536406noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3643114002738219471.post-41636796031600276782010-04-03T14:14:57.338+08:002010-04-03T14:14:57.338+08:00Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.Hariyanti Sukmahttps://www.blogger.com/profile/06923347741279536406noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3643114002738219471.post-57130390174652555892010-04-03T12:29:01.194+08:002010-04-03T12:29:01.194+08:00Kebetulan saya juga mengikuti pemberitaan2 tentang...Kebetulan saya juga mengikuti pemberitaan2 tentang pelaksanaan UN di tv, termasuk repotase investigasi yang ditayangkan Trans Tv... Memang sungguh mengecewakan, karena beberapa waktu sebelumnya Mendiknas dengan pede mengatakan; "Tidak ada kebocoran UN...". Ternyata, dari pengakuan siswa yg mendapat kunci, yang memberikan kunci adalah Omnya yg bekerja di Depdiknas.. Apakah Densus 88 tidak menindaklanjuti info ini..? Bukankah di Medan, pada UN tahun sebelumnya, beberapa orang guru ditangkap densus 88 karena mengubah LJK siswa? Seakan guru yg membantu siswanya (dg cara yang salah)itu sama dengan teroris..<br />Ke depan, pelaksanaan UN sebagai penentuan kelulusan sudah tidak layak lagi dipertahankan, karena hanya akan mendorong terjadinya segala bentuk kecurangan dalam pelaksanaannya.. UN sebagai penentu kelulusan juga telah menafikan pengembangan EQ dan SQ, mengikis rasa malu, dan memunculkan prestasi-prestasi semu yang berpatokan kepada hasil UN yang tinggi. Malu kita rasanya, mendapat pujian dan penghargaan karena rata-rata nilai UN dan tingkat kelulusan yang tinggi, dan kita pun bertepuk tangan pula, pura-pura gembira dan bahagia dengan prestasi semu dan sanjungan semu itu...<br />Stop pelaksanaan UN untuk penentuan kelulusan. Cukuplah UN itu sebagai alat pemetaan mutu pendidikan di tanah air, sehingga pemerintah bisa lebih fokus membantu peningkatan mutu di daerah2 yang masih tertinggal... <br />Masalah kelulusan siswa, serahkanlah kepada sidang majelis guru di sekolah, yang lebih mengetahui tentang siswanya -yang selama tiga tahun mereka didik dan mereka evaluasi...<br />Terima kasih... Mount Everest, Pasaman BaratPhilosophiahttps://www.blogger.com/profile/05590058292188781114noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3643114002738219471.post-85556483291021572872010-04-03T12:29:01.195+08:002010-04-03T12:29:01.195+08:00Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.Philosophiahttps://www.blogger.com/profile/05590058292188781114noreply@blogger.com